Kronologis Kasus Tolikara Papua Saat Sholat Idul Fitri dari Divisi Humas Mabes Polri

18
393

pertamax7.com, sedih atas aksi yang terjadi di tolikara manakala saat sholat eidul fitri malah terjadi huru hara, tentu ane tidak ikutan cerita karena memang bukan trahnya dan menunggu informasi resmi saja,,, kebetulan punya tetangga yang kerja disana namun tidak punya nomer hapenya

kerusuhan-tolikara-papuainfo resmi dari Divisi Humas Mabes Polri

Divisi Humas Mabes Polri NEWSKRONOLOGIS KASUS TOLIKARA SETURUT VIDEO CONFERENCE KAPOLRIKamis, 23 Juli 2015 bertempat di ruang rapat Tribrata Mabes Polri pukul 08.00 WIB tadi telah berlangsung Video Conference yang dipimpin oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Beliau menyampaikan kronologis sebenarnya peristiwa Tolikara:

Tolikara sedang berlangsung Seminar & KKR pemuda GIDI tgl 13-19 Juli 2015. Dalam proposal tertulis 22-27 Juli 2015.Ternyata pelaksanaannya tanggal 13-19 Juli dan dtutup tanggal 20 Juli 2015. Di antara tanggal tersebut ada tanggal 17 Juli yang bertepatan Idul Fitri. Badan pekerja GIDI Tolikara mengeluarkan surat yang berisi:
1) Larangan umat Muslim melaksanakan shalat ied di Tolikara. Shalat boleh di luar Tolikara.
2) Melarang umat muslim untuk menggunakan jilbab.
Pada tanggal 13 kapolres mendapat surat tersebut dan memverifikasi surat tersebut dan Presiden GIDI mengatakan surat tersebut tidak resmi karena tidak di ACC ketua GIDI.

Kapolres mengkomunikasikan agar shalat ied bisa dilaksanakan di Tolikara, Bupati juga akan koordinasi dengan panitia GIDI agar surat dicabut. Karena penjelasan itu kapolres bertemu tokoh masyarakat, dan ada hasil silahkan shalat ied di halaman Koramil. TNI dan Polri akan siap melakukan pengamanan.
Namun saat shalat ied datanglah para pemuda GIDI dan memaksa untuk shalat dibubarkan. Kapolres dan tokoh masyarakat bernegosiasi, agar shalat boleh terlaksana sampai jam 8.

Massa tetap tidak mau, kemudian terjadi pelemparan (posisi shalat sedikit di bawah sehingga mudah jadi sasaran lempar) namun massa tidak dapat mendekati karena ada pagar berduri.

Ada tembakan peringatan ke atas, tetapi massa tidak menggubris akhirnya aparat melepaskan tembakan hingga 12 orang luka kemudian mereka membubarkan diri.

Saat bubar, ada oknum yang membakar kios hingga merembet ke mushola. Jumlah kios yang terbakar berjumlah 70 unit serta 2 mobil terbakar.

Api membesar karena ada kios juga yang menjual bensin serta tidak adanya pemadam kebakaran di sana. Saat ini amanat langsung dari presiden untuk bangun kembali kios serta mushola di Tolikara.
Kasus ini telah selesai, sudah ada pengamanan di lokasi, sudah ada penegakan hukum oleh kepolisian.

Oleh karena itu dihimbau kepada masyarakat agar menanggapi kejadian ini dengan kepala dingin agar tidak terpancing isu-isu provokatif apalagi amarah dan balas dendam. Mari bersama menjaga kerukunan antar umat beragama NKRI.

sumber

mari bersama jaga toleransi beragama, jadikan indonesia bermartabat.

semoga berguna

ikuti berita terbaru dan silaturahmi via

Partner
IRC
Honda
FDR

18 KOMENTAR

  1. Tolikara sebenarnya belum pantas dimekarkan jadi Kabupaten sendiri.dengan dijadikan Kabupaten maka Bupati bisa didesak bikin Perda,padahal jumlah Penduduk terlalu sedikit.Akhirnya Bupati yg Pilkadanya dimenangkan sekelompok yg kecil saja bisa diTekan kelompok itu.

  2. setelah “Saya Pelajari”.Gereja2 Kristen yg “berlainan Nama” tidak ada ikatan 1 sama lain.seperti Gereja Jawi Wetan sama Gereja Toraja.lain Halnya Gereja Katholik yg terstruktur Organisasinya.jadi Tindakan Gereja A bisa aja bertolak belakang sama Gereja B.jadi GIDI yg harus bertanggung Jawab bukan Gereja Lain.

  3. tindakan Gereja GIDI juga dikecam umat Kristen lainnya.ada cerita “Umat Kristen lain yg Pendatang” diDenda Rp500rb,- gara2 tidak mau mengeCat lambang bendera Israel diTokonya.dalam rangka menyambut Pendeta dari Israel.tindakan GIDI bisa diMeja hijaukan,sebaiknya “Umat Kristen” itu yg menuntut.cuma beranikah mereka???itu kabupaten GIDI yg kuasai.

  4. kalo mushola or masjid yg dibakar densus 88 bisa lebaran dengan tenang lain halnya kalo gereja yang dibakar pasti mereka sibuk,,,hmm bravo muslim

  5. banyak teman kita “Umat Kristen” yg menyesalkan kejadian diTolikara.kebanyakan Mereka(umat Kristen) rata2 mengatakan.”Mereka(GIDI) enak saja berbuat karena Mayoritas diTolikara,TAPI kami yg Minoritas dan selalu menjaga Toleransi dan Kerukunan berAgama jadi MALU.dan harus menjelaskan keTeman2 Muslim.

  6. Pendatang diTolikara bukan cuma Muslim,banyak juga dari Katholik dan Kristen lainnya.umat Katholik dan Kristen yg bukan umat GIDI juga kesulitan/tidak dapat ijin bikin tempat Ibadah.jadi mereka dari Kristen aliran lain(tempat asalnya)berIbadah diam2 ditempat masing2.Usut GIDI,mereka bisa aja diSusupi Teroris buat memecah belah umat beragama.

  7. tolong ya diperhatikan, yg ikut terbakar bukan moshola melainkan MASJID. ada buktinya papan nama masjid baitul muttaqin yg terbakar tersebut. silakan google sendiri.

    so ingat masjid itu Rumah Allah. jangan sekali kali meremehkannya bahkan menyamakannya dengan mushola.

    mengapa media besar nasional yg katanya kredibel selalu menyebut dengan istilah mushola? apakah biar fakta bahwa Rumah Allah terbakar tidak diketahui umat muslim secara luas?

  8. Umat beragama intoleran kyk GIDI itu perlu di bubarkan. Atau di ajari dulu. Umat beragama kok kayak gitu. Itu genk yg dipimpin ama orang gila yg kumpulnya di markas yg mereka bilang gereja dan ngaku nya Katolik. Cinta kasih kok kyk gitu.

  9. Biasa saja. Sudah sering juga kok, masjid (syiah, ahmadiyah dll) & gereja dan tempat ibadah minoritas lain di tutup paksa, di bakar, di bom dsb. Itu ngomong2 Kapolri gak cross check apa… kok surat rekayasa gitu di jadikan pegangan ?

  10. beda banget sama di lingkungan ane.. warga2 non muslim saat lebaran ikut silaturahmi di rt/rw, dan turut mengucapkan selamat..

  11. Di indonesia mereka yang minoritas berani sekali,bagaimana kalau jadi mayoritas!terlihat jelas siapa yang intoleran,bersatulah saudara2 muslim

Apa Pendapat Pemirsa ?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.