Pemburu Foto Bus itu tewas Tersambar Truk di Pemalang

48
337

pertamax7.com, mendapat info dari om Alfian Djangkrikz  yang prihatin atas maraknya aksi mania bus dalam memburu foto bus idola mereka namun mengabaikan keselamatan baik umum maupun keselamatan diri sendiri

bus mania pemburu fotobaru saja kejadian mania bus terserempet truk saat mau mengambil foto bus idola, berduka 🙁

kronologinya

pemburu foto bus tewas tersambar truksyerem rek, motret bus lewati bahu jalan dan si samber truk, seperti ini pasti yang disalahkan truknya 🙁

last, bagi yang suka foto2 kendaraan ini ( terutama bus, wong kendaraan yang ane tumpangi  pernah di kejar ternyata buat di foto busnya ) jangan lupakan keselamatan bersama sebagai kebutuhan, ….

semoga berguna

ikuti berita terbaru dan silaturahmi via

48 KOMENTAR

  1. Aku yo prnh aktif d komunitas sperti ini, awalnya buat ngjak msyrakat naik transportasi umum ky bus n kereta. Tapi kelamaan byk bocah ababil yg hny suka armada” bus tsb tapi g ngerti tujuannya apa. Mkanya 2 taun lalu sy brhnti n g aktf lg krna lama” mlenceng tujuannya. Sbnernya sama kok bus dg motor, ky kita suka dg M1, rc213v dll. N yg org tau cm hino n mercy. Tapi wlaupun hino ad yg 260HP,285HP, dll. Intinya, komunitas bismania tsb skrg d penuhi bocah ababil yg gk paham tujuan wadah komunitas tsb.

  2. rasanya yang fanatik moge, superbike, prototype, sportcar, supercar, hypercar, ga pernah saya dengar jepret tuh benda ampe di tengah jalan. atau saya yang belum dengar aja.

  3. dari pada nongkrong mabuk mabukan
    bismania community itu bukn hnya potograper aja si ada juga yang
    hoby facilitas dan ngeblongnya dipantura dan juga diabadikan lewat video juga si
    nah yg dijalan ini emang bahaya kalau chapter jakarta si
    biasanya potonya lewat tangga penyebrangan
    atau masuk terminal spt rawa mangun dll.
    salam Bismania (BMC)

  4. Dulu saya pernah suka halamannya di fb.
    Tp kok isinya ngeri…suka sopir yg jago ngeblong,suka bis yg lari kencang,menertawakan pemakai jalan yg ketakutan saat sopir pujaannya ngeblong…

    Aneh

  5. kebanyakan akhir akhir ini hobi ini isinya orang karbitan semua … ikut ikutan doang tapi ya gangerti aslinya … wong pernah ketemu salah satu anggotanya ditanyain ketuanya gatau pfft

  6. Salam dari penggemar bus dari Pecinta Bus Bekasi om. Numpang kasih komentar. (aku juga pernah komentar di beberapa artikel kobayogas). Maaf kalau komentarnya panjang banget.
    Aku sudah menjadi penggemar bus 5 s/d 6 tahun yang lalu. Saya juga termasuk pemburu foto bus semenjak 5 tahun lebih sampai sekarang.
    Memang terjadi penyimpangan yang ekstrem saat aku hunting foto bus 5 s/d 6 tahun sebelumnya dan sekarang ini.

    Waktu aku masih tahun 2010-an, saya hunting bus memang sering membahayakan, namun tidak sebanyak sekarang ini. Sekarang ini, waduh banyak yang membahayakan.

    Nah, dari beberapa pemburu hunting bus yang menjamur dan sudah banyak yang membahayakan bisa dikatakan ada beberapa faktor:

    1. Faktor Penyimpangan Sosial
    Menurutku, ini penyimpangan sosial yang cukup ekstrem di kalangan internal komunitas sudah menjamur. Salah satunya, hunting bus. Beberapa fotografer bus yang membahayakan biasanya menggunakan smartphone/HP, dimana kemampuan untuk menghasilkan foto bus bagus saat berjalan juga tidak sebagus dengan kamera DSLR, namun mereka tetap harus “memaksakan” diri untuk mendapatkan foto bagus, sehingga resiko pun seakan tak peduli. Disinilah letak kelalaian fatal seorang fotografer bus yang memiliki kamera DSLR/Kamera Telephoto (termasuk saya, komentator), dimana saat mereka menggunggah foto tersebut ke internet, para pemburu foto bus itu akan mempraktekkan hal yang sama, dengan tingkat risiko yang ekstrem. Sayangnya belum bisa menyadari betapa pentingnya pemahaman dan pembelajaran tentang hal ini, termasuk saya sendiri. OK, kamera DSLR sudah dijual dengan harga Rp. 4 s/d 5 jutaan ++ atau Prosummer seharga Rp. 2jt-an, tetapi tetap saja akan terjadi penyimpangan sosial seperti ini.

    2. Faktor Fanatisme dengan bus tertentu.
    Ini sebenarnya juga banyak terjadi di bidang lain, termasuk K-Pop (ane K-Popers), dimana fanatisme pada bus2 atau PO tertentu terjadi dimana keinginan untuk bisa memotret bus idolanya (katakan Idol Bus), apapun yang terjadi, mereka tetap ingin memotret bus idolanya.

    3. Faktor edukasi fotografi
    Ini yang juga kurang dalam pemahaman dalam dunia fotografi di dalam komunitas bus. Tentunya adalah tanggung jawab komunitas bus secara keseluruhan. Karena, di komunitas bus sebagian besar, mereka hanya mengajak/menghimbau untuk memotret bus secara safety, tetapi tidak diberikan pengajaran yang komperhensif terhadap cara memotret aman, nyaman, penuh estetika dan efisien.

    Hal ini juga diabaikan karena:

    1. Banyak fotografer bus pemula yang membahayakan egois dan sok. Sebenarnya, ini juga merupakan tugas besar dari fotografer profesional (termasuk Pak Darwis Triadi ataupun Pak Arbain Rambey) untuk mengajarkan memotret dengan perasaan. Memang untuk investasi dari pengajaran tersebut termasuk mahal sekali (minimal siap modal dasar seharga NVL terbaru) dan memerlukan proses yang tidak instan. Di sinilah letak ketidakpahaman pemotret bus yang membahayakan terjadi. Karena teknologi sudah canggih inilah yang juga membahayakan generasi kita dalam memotret. Bukan masalah memotret bugil/nude/dsb, tapi memotret tak pakai etika dan perasaan.

    2. Keuangan anggaran komunitas internal. Ini yang juga jadi momok utama, sebenarnya kalau mengingatkan dengan cara baik, bagus. Tetapi dengan poin no. 1 itu, kita harus bisa mendidik mereka dengan cara yang tepat. Sayang, anggaran komunitas bus cukup tidak untuk menginvestasi jangka panjang seperti itu? Kalau memang ada yang mau mendonasikan, itu memang seharusnya. Realitanya kan, kebutuhan anggaran untuk hal seperti itu aja gak akan mencukupi kebutuhan lainnya.

    Nah, dengan hal ini, faktor-faktor di atas bisa saya menghasilkan solusi yang menurutku lebih bijak:

    1. JANGAN PAKAI KAMERA DSLR dan KAMERA PROFESIONAL saat Memotret bus.

    Memotret bus itu memang sebenarnya dasarnya untuk hobi semata, kecuali yang memang mau serius kerjasama dengan perusahaan terkait mengenai pemotretan bus. Jadi, kalau mau memotret bus, ya sekiranya menggunakan kamera pocket/smartphone sudah cukup untuk memotret seperti itu.

    Alasannya, saya kira dengan hal ini kita akan lebih mengontrol diri dalam memotret bus, tanpa harus menggunakan kamera mahal sekalipun. Ingat, dasarnya kamera DSLR/Profesional hanya ditujukan untuk yang mau serius di dunia fotografi penuh. Menurutku, ini memang paling berat untuk fotografer yang terbiasa menggunakan DSLR termasuk saya, mereka harus beradaptasi dengan kemampuan kamera biasa.

    2. JANGAN FANATIS.

    Jangan terlalu fanatis dengan armada bus/PO itu, saya kira suatu saat mereka akan hilang ditelan waktu juga kok. Ini dikatakan secara mendasar bahwa “Setiap Makhluk yang Bernyawa, Pasti Mengalami Mati”. Begitu juga dengan yang lainnya di dunia ini, karena kita hidup di dunia juga sementara bukan.

    3. ALIHKAN ANGGARAN KE SIFATNYA PRODUKTIF.

    Ini ditujukan khusus untuk komunitas penggemar bus secara keseluruhan dan saya komentarkan secara tegas. Sekarang, bulan ini ada acara besar-besaran tentang komunitas penggemar bus tersebut, baik Jambore, Kopdarnas dsb.

    Menurutku, ini hanya sebagai pembuangan uang doang. Tapi gak memiliki nilai investasi yang berjangka panjang sama sekali. Coba deh, di saat kalian Jambore, Kopdarnas dsb, tapi di sisi lain banyak penggemar bus yang sangat membutuhkan pencerahan tentang hal ini yang sebenarnya menurutku adalah investasi jangka panjang.

    Coba deh, alihkan anggaran dari Kopdarnas/FamGath/Jambore ke hal yang sifatnya lebih mendidik ke publik. Salah satunya, menginvestasikan anggaran “gak bermanfaat” ini ke arah pembelajaran pemotretan bus, dari basic sampai master. Pasti akan kelihatan, mana yang memang suka foto bus, mana yang nggak dengan hal ini.

    Ini pesan buat komunitas penggemar bus seluruh Indonesia dan masyarakat. Pahami baik-baik. silakan kalau mau balas, juga ok, kalau nggak gapapa.

    Salam. fajarbuslovers.

  7. Salam dari penggemar bus dari Pecinta Bus Bekasi om. Numpang kasih komentar. (aku juga pernah komentar di beberapa artikel kobayogas). Maaf kalau komentarnya panjang banget.

    Aku sudah menjadi penggemar bus 5 s/d 6 tahun yang lalu. Saya juga termasuk pemburu foto bus semenjak 5 tahun lebih sampai sekarang.

    Memang terjadi penyimpangan yang ekstrem saat aku hunting foto bus 5 s/d 6 tahun sebelumnya dan sekarang ini.

    Waktu aku masih tahun 2010-an, saya hunting bus memang sering membahayakan sampai sekarang, namun tidak sebanyak sekarang ini. Sekarang ini, waduh banyak yang membahayakan.

    Nah, dari beberapa pemburu hunting bus yang menjamur dan sudah banyak yang membahayakan bisa dikatakan ada beberapa faktor:

    1. Faktor Penyimpangan Sosial

    Menurutku, ini penyimpangan sosial yang cukup ekstrem di kalangan internal komunitas sudah menjamur. Salah satunya, hunting bus. Beberapa fotografer bus yang membahayakan biasanya menggunakan smartphone/HP, dimana kemampuan untuk menghasilkan foto bus bagus saat berjalan juga tidak sebagus dengan kamera DSLR, namun mereka tetap harus “memaksakan” diri untuk mendapatkan foto bagus, sehingga resiko pun seakan tak peduli. Disinilah letak kelalaian fatal seorang fotografer bus yang memiliki kamera DSLR/Kamera Telephoto (termasuk saya, komentator), dimana saat mereka menggunggah foto tersebut ke internet, para pemburu foto bus itu akan mempraktekkan hal yang sama, dengan tingkat risiko yang ekstrem. Sayangnya belum bisa menyadari betapa pentingnya pemahaman dan pembelajaran tentang hal ini, termasuk saya sendiri. OK, kamera DSLR sudah dijual dengan harga Rp. 4 s/d 5 jutaan ++ atau Prosummer seharga Rp. 2jt-an, tetapi tetap saja akan terjadi penyimpangan sosial seperti ini.

    2. Faktor Fanatisme dengan bus tertentu.

    Ini sebenarnya juga banyak terjadi di bidang lain, termasuk K-Pop (ane K-Popers), dimana fanatisme pada bus2 atau PO tertentu terjadi dimana keinginan untuk bisa memotret bus idolanya (katakan Idol Bus), apapun yang terjadi, mereka tetap ingin memotret bus idolanya.

    3. Faktor edukasi fotografi

    Ini yang juga kurang dalam pemahaman dalam dunia fotografi di dalam komunitas bus. Tentunya adalah tanggung jawab komunitas bus secara keseluruhan. Karena, di komunitas bus sebagian besar, mereka hanya mengajak/menghimbau untuk memotret bus secara safety, tetapi tidak diberikan pengajaran yang komperhensif terhadap cara memotret aman, nyaman, penuh estetika dan efisien.

    Hal ini juga diabaikan karena:

    3.1. Banyak fotografer bus pemula yang membahayakan egois dan sok.

    Sebenarnya, ini juga merupakan tugas besar dari fotografer profesional (termasuk Pak Darwis Triadi ataupun Pak Arbain Rambey) untuk mengajarkan memotret dengan perasaan. Memang untuk investasi dari pengajaran tersebut termasuk mahal sekali (minimal siap modal dasar seharga NVL terbaru) dan memerlukan proses yang tidak instan. Di sinilah letak ketidakpahaman pemotret bus yang membahayakan terjadi. Karena teknologi sudah canggih inilah yang juga membahayakan generasi kita dalam memotret. Bukan masalah memotret bugil/nude/dsb, tapi memotret tak pakai etika dan perasaan.

    3.2. Keuangan anggaran komunitas internal. Ini yang juga jadi momok utama, sebenarnya kalau mengingatkan dengan cara baik, bagus. Tetapi dengan poin no. 1 itu, kita harus bisa mendidik mereka dengan cara yang tepat. Sayang, anggaran komunitas bus cukup tidak untuk menginvestasi jangka panjang seperti itu? Kalau memang ada yang mau mendonasikan, itu memang seharusnya. Realitanya kan, kebutuhan anggaran untuk hal seperti itu aja gak akan mencukupi kebutuhan lainnya.

    Nah, dengan hal ini, faktor-faktor di atas bisa saya menghasilkan solusi yang menurutku lebih bijak:

    1. JANGAN PAKAI KAMERA DSLR dan KAMERA PROFESIONAL saat Memotret bus.

    Memotret bus itu memang sebenarnya dasarnya untuk hobi semata, kecuali yang memang mau serius kerjasama dengan perusahaan terkait mengenai pemotretan bus. Jadi, kalau mau memotret bus, ya sekiranya menggunakan kamera pocket/smartphone sudah cukup untuk memotret seperti itu.

    Alasannya, saya kira dengan hal ini kita akan lebih mengontrol diri dalam memotret bus, tanpa harus menggunakan kamera mahal sekalipun. Ingat, dasarnya kamera DSLR/Profesional hanya ditujukan untuk yang mau serius di dunia fotografi penuh. Menurutku, ini memang paling berat untuk fotografer yang terbiasa menggunakan DSLR termasuk saya, mereka harus beradaptasi dengan kemampuan kamera biasa.

    2. JANGAN FANATIS.

    Jangan terlalu fanatis dengan armada bus/PO itu, saya kira suatu saat mereka akan hilang ditelan waktu juga kok. Ini dikatakan secara mendasar bahwa “Setiap Makhluk yang Bernyawa, Pasti Mengalami Mati”. Begitu juga dengan yang lainnya di dunia ini, karena kita hidup di dunia juga sementara bukan.

    3. ALIHKAN ANGGARAN KE SIFATNYA PRODUKTIF.

    Ini ditujukan khusus untuk komunitas penggemar bus secara keseluruhan dan saya komentarkan secara tegas. Sekarang, bulan ini ada acara besar-besaran tentang komunitas penggemar bus tersebut, baik Jambore, Kopdarnas dsb.

    Menurutku, ini hanya sebagai pembuangan uang doang. Tapi gak memiliki nilai investasi yang berjangka panjang sama sekali. Coba deh, di saat kalian Jambore, Kopdarnas dsb, tapi di sisi lain banyak penggemar bus yang sangat membutuhkan pencerahan tentang hal ini yang sebenarnya menurutku adalah investasi jangka panjang.

    Coba deh, alihkan anggaran dari Kopdarnas/FamGath/Jambore ke hal yang sifatnya lebih mendidik ke publik. Salah satunya, menginvestasikan anggaran “gak bermanfaat” ini ke arah pembelajaran pemotretan bus, dari basic sampai master. Pasti akan kelihatan, mana yang memang suka foto bus, mana yang nggak dengan hal ini. Apapun alasannya, investasi ini penting dan harus diajarkan ke fotografer ahli.

    Ini pesan buat komunitas penggemar bus seluruh Indonesia dan masyarakat. Pahami baik-baik. silakan kalau mau balas, juga ok, kalau nggak gapapa. Karena sifatnya sudah mulai urgen dan mengancam keselamatan publik. 🙂

    Mohon maaf apabila kutipan ini menyinggung dan mengecewakan. Saya juga bukan penggemar bus handal. Aku pelajari kesalahan ini dari saya sendiri juga.

    Semoga bisa menjadi introspeksi bagi kita semua.

    Regards, fajarbuslovers.

    • Lah,,,, kalo pake DSLR+Lensa Tele (Super Zoom) bukannya malah lebih aman? Di ajang balap aja fotografernya rela nenteng2 lensa segede meriam. Koq malah nganjurin pake kamera pocket/ Hape?
      *apa saya yg salah nangkap ya?
      **ane bukan bus lover. Tapi namanya hoby orang, selama ga nyusahin yg lain/ bikin dosa, ya mestinya ga masalah to?

  8. Ini pelajaran bagi yg lain, gue pernah nantang alay di pantura pamanukan gue lg ngejar waktu dia minta dim sambil di bahu jalan ahirnya gue brenti terus mau gue lindes tu anak

Tinggalkan Balasan ke kwsuper10Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.